Riset Ungkap 4 Kekhawatiran Mahasiswa, Percintaan hingga Finansial
Fenomena Quarter Life Crisis atau masa-masa krisis emosional kerap dialami oleh kaum muda kisaran usia 20-29 tahun. Masa di mana seseorang mengalami masa transisi dari remaja menuju dewasa awal, seperti pada saat menjadi mahasiswa.
Quarter Life Crisis ditandai dengan adanya kekhawatiran berlebih, pesimis, cemas, dan bahkan perasaan tertekan, sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas, perasaan tertekan, hingga depresi.
Berangkat dari fenomena tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian mengenai quarter life crisis yang dialami oleh mahasiswa yang berada di Yogyakarta dengan judul “Dinamika Quarter Life Crisis pada Mahasiswa: Analisis berdasar Perspektif Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram”.
Kekhawatiran para mahasiswa
Salah satu anggota tim peneliti, Farahdita Salma Zharifa (Filsafat 2020) mengatakan, Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram sendiri digunakan untuk menganalisis fenomena Quarter Life Crisis karena pemikiran kawruh jiwa ki ageng suryomentaram memiliki latar belakang budaya Indonesia.
Penelitian yang dilakukan selama empat bulan dengan responden para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta ini bertujuan untuk melihat teori Ki Ageng Suryomentaram tersebut sebagai alternatif solusi dalam persoalan Quarter Life Crisis.
"Sehingga konsep ini sangat mungkin untuk digunakan untuk menganalisis fenomena quarter life crisis pada mahasiswa,” paparnya dilansir dari laman UGM.
Dari penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di Yogyakarta dari beberapa perguruan tinggi, sebanyak 14 dari 17 partisipan mahasiswa yang mengalami Quarter Life Crisis dengan rentang usia partisipan adalah 2-23 tahun yang umumnya mahasiswa tingkat akhir.
Selanjutnya, pihaknya memilih 3 dari partisipan mahasiswa dengan baseline skor tertinggi untuk diwawancara.
Dari hasil penelitian mereka berhasil mengungkapkan ada empat kekhawatiran yang dialami oleh mahasiswa adalah:
- kekhawatiran mengenai kelanjutan karier
- pendidikan
- percintaan
- finansial
“Kekhawatiran yang dialami menimbulkan perilaku diri berupa perbandingan diri, insecurities, keragu-raguan, dan ketidakpuasan kondisi. Adanya kondisi tersebut menimbulkan dampak emosional, fisiologis, maupun fungsi diri,” jelasnya.
Cara mengatasi quarter life crisis
Sementara pada Pemikiran Ki Ageng Suryomentaram yaitu kawruh jiwa merupakan teori mengenai ‘rasa’. Teori ini memuat konsep "karep" atau keinginan yang bersifat mulur (berkembang) dan mungkret (menciut).
Menurut Suryomentaraman, keinginan yang bersumber dari diri sendiri ini apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kekhawatiran pada diri yang menyebabkan rasa susah.
“Rasa susah tidak bersifat abadi karena ada rasa bungah atau senang. Oleh sebab itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi quarter life crisis adalah dengan mengelola dan memahami tentang rasa ‘karep’ atau keinginan yang terdapat pada diri agar tidak terjebak pada rasa penyesalan, penderitaan, dan kekhawatiran yang berujung menyebabkan kondisi krisis,” ungkapnya.
Farah dan tim berkesimpulan bahwa konsep Kawruh Jiwa ini dapat dijadikan sebagai regulasi diri bagi mahasiswa dalam menghadapi Quarter Life Crisis melalui pangawikan pribadi atau mengenal dan memahami kesadaran diri dan mawas diri yakni memilah rasa yang dimiliki dengan tujuan untuk membentuk identitas pribadi.
Selanjutnya beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan evaluasi dan intropeksi diri untuk dapat memilih hal yang perlu dilakukan agar mencapai kesejahteraan, fleksibel dalam keinginan, memiliki sikap positif dari proses mengenal diri, dan membentuk pandangan hidup yang lekat dengan nilai spiritual seperti beribadah serta memaknai kegagalan secara positif.
Selain Farah, tim terdiri dari Esa Geniusa Religiswa Magistravia (Filsafat 2020), Rizky Amelia Febrianti (Filsafat 2019), dan Riskhi Pratama Kusuma Arum Jati (Psikologi 2019) dengan dosen pendamping Septiana Dwiputri Maharani.
Komentar
Posting Komentar